01 Mei 2008

Anekdot Sapi Jantan

Mungkin pembaca sering melihat iklan di TV belakangan ini yang lagi marak kegiatan ramal-meramal. Cukup ketik REG spasi Anu kirim ke ####. Modusnya cem-macem. Kombinasi angka-angka, mantra langsung atau dengan nama. Tujuannya sama dengan ramal pada zaman ketika HP belum direncanakan. Menerawang masa depan seseorang.
Hampir sama dengan ramalan berdasarkan rasi bintang atau tanggal lahir seseorang. Biasanya fokus pada karier, asmara, kesehatan dan keuangan. Kadang ditambah dengan nomor keberuntungan, warna keberuntungan, hari keberuntungan dan sederet keberuntungan lainnya.

Keinginan manusia untuk mengetahui apa yang ada diluarnya adalah fitrah manusia. Dengan membuat perhitungan, mempelajari gejala, manusia dapat memprediksi apa dan bagaimana kedepannya. Tentu saja harus didasari oleh ilmu yang kuat. Lain halnya dengan ramalan. Ia adalah sesuatu yang lemah, tak punya pijakan yang kuat. Pada dasarnya ia adalah hanyalah perkiraan semata. Kalaupun ada kejadian tepat, itu adalah kebetulan. Lagipula kan hidup lagi indah bila tidak disertai dengan kejutan-kejutan


Lantas bagaimana dengan sekarang ? Seperti di awal tulisan, semakin banyaknya iklan kegiatan ramal di TV, menandakan bahwa kegiatan ini berkembang. Dengan mengetahui masa depan (meskipun kemungkinan salahnya lebih besar), sedikit banyak masyarakat akan percaya. Logika berpikir hilang dan keinginan berusaha bisa-bisa hilang. Kan masalah.

Trus bukankah perkara jodoh (kapan nikahnya, dimana, dengan siapa), rezeki (anaknya berapa, kerja dimana, pangkatnya apa, berapa gajinya, kapan naik pangkat atau kapan dipecat, berapa lama nyicil rumah) dan maut (kapan sakitnya, sakit apa, kapan sehatnya, kapan matinya dan bagaimana ia mati) adalah perkaranya Tuhan. Malaikat saja tidak tau, bagaimana kita yang jelas-jelas hanya objek tetapan itu bisa tau.
Ada anekdot kayak gini, seorang petani kehilangan sapi jantan yang biasa digunakan untuk membajak sawah. Setelah mencari selama 2 pekan dan belum ketemu, petani itu mulai frustasi. Atas tawaran dan saran teman seprofesi, ia mendatangi seorang Dukun yang mumpuni dan menceritakan masalahnya. Setelah menyimaknya, si Mbah diam di depan meja altarnya, kemudian mulutnya komat-kamit (ada gk yang tau bahasa inggrisnya komat-kamit ?). Tak lama setelah itu, dengan jumawanya si Mbah berkata ”sapi itu ada di balik bukit, di bawah pohon kecapi besar, sedang menyusui anaknya”. ?????????????

Bagaimana lagi dengan undian-undian smsan. Kirim sms sebanyak-banyaknya, trus sms yang masuk diputar, nomor pin yang muncul dihubungi trus dikasih pertanyaan yang menurut hemat saya, kakek saya yang tidak pernah tau bentuk kapur tulis pun tau. Apa coba ? Bukan narsis karena tidak pernah menang, mang gak pernah kirim. Mending pulsa Rp 2000 tuk nelpon orang tua meski bicara 5 menit. (simpati PD kan gitu). Ato nelpon si Bunga, bisa keterima 4 kali.

Kodratnya manusia, ingin hasil lebih dengan kerja minimal atau tanpa kerja sama sekali (prinsip ekonomi). Dengan iming-iming mobil, motor, tv, hp dan uang jutaan rupiah, siapa yang tak meleleleh coba. Dengan modal Rp. 2000 bisa dapatkan mobil. Coba bayangkan. Belum lagi presenternya yang ”gemanaaaa gettooh”, ”semua hadiah ini bisa anda bawa pulang”.

Bukankah islam mengajarkan bahwa ”Barang siapa mengundi nasib dengan panah, mendatangi tukang ramal, maka ia bersekutu dengan syetan”. Kata sederhananya, Ia adalah haram. Anehnya, ini adalah layanan hiburan dan ada izin depsosnya. Biasanya tuh ada di sudut kanan bawah ketika iklannya ditampilkan. Lha gimana ini, pemerintah koq kasih izin ?

Kemarin ketika Dewi Persik kisruh dengan Bupatinya, MUI angkat bicara. Intinya mendukung pak Bupati. Koq kali ini tidak, atau saya yang tidak tau kalau MUI sudah angkat bicara tentang masalah ini? Padahal ini juga khan perkara ummat. Kemaslahatan ummat. Bagaimana jadinya Indonesia jika semua masyarakat percaya pada yang begituan ? Ayo dong angkat bicara, bikin fatwa.

Ciklang
Anda bisa dapat informasi tentang masa depan plus mobil Grand Livina (Brosur Doang), cukup ketik REG spasi CHARKU_037 kirim ke 2000, dijamin pancen oye.
Setelah itu saya berhitung kayak gini (anggap kasusnya begini),
sms Rp. 2000 x 4 kali ngirim x 100.000 pengirim x 2 hari = Rp. 1.600.000.000 (Dipotong pajak dan lain-lain 50%)
Masih sisa Rp. 0,8 M. ???????????????????????

Read More......

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP