13 Januari 2009

D I L E M A T I S

BOYCOTT ISRAEL CAMPAIGN
(Products and Affiliated Companies)

Sore tadi, saat lagi jalan-jalan sore, sempat aku melihat selebaran yang di tempel pada tiang listrik. Awalnya tidak kedulikan, tapi kemudian aku tertarik, perhatikan selanjutnya aku ambil selembar. Kubaca dan kuperhatikan, jadilah apa yang aku tuliskan berikut ini ...

Selebarannya berupa kertas putih ukuran legal, fotocopian. Ada sekitar 52 merek logo dari berbagai trade mark ternama. Mulai dari produk untuk bayi sampai produk orang tua. Dari produk yang berhubungan dengan kotoran sampai yang berhubungan dengan orang banyak.

Dari 52 merek, beberapa diantaranya sudah akrab dengan generasi sekarang. Bahkan terkadang dijadikan ukuran modernitas seseorang. Saban pagi sampai malam terus nampang di kotak kaca bernama TELEVISI. Orang yang menempelnya punya satu pesan yang ingin disampaikan yaitu BOIKOT. Boikot semua produk-produk yang ada hubungannya dengan Zionis.

BOIKOT BOIKOT BOIKOT

Masalahnya sekarang adalah sejauh mana boikot kita terhadap produk ini? Atau sejauh mana efektifitas boikot campaign ini? Apakah sekedar tidak membeli bahan-bahan ini sedari sekarang atau tidak menggunakan barang-barang ini dari sekarang? Tidak mengkonsumsi barang-barang itu?

Jika betul, what we have done?


Salah satu alasan kenapa barang-barang jenis ini banyak beredar dan dikonsumsi oleh generasi kita adalah karena selera konsumerisme kita yang keterlaluan dan olehnya itu kita dikenal sebagai pangsa pasar yang baik. Setelah dipermanis dengan aroma western yang membawa kesan modern. Jadinya anak muda lebih akrab dengan Mc. D yang menyajikan segenggan nasi putih plus sepotong ayam garing dan segelas Coca Cola dibanding warung pojok yang menyajikan Gado-gado yang punya nasi, sayuran, tempe dan telor. Anak muda lebih senang minuman berkarbonasi hitam atau merah dibanding Sirup Markisa atau Jus Jeruk. Biar gaul, biar modern katanya.

Alasan lain tentunya adalah karena kita tak punya pilihan. Kalaupun ada maka pilihannya terbatas. Salah satu contoh merek dagang yang ada dalam brosur adalah NOKIA. Siapa yang tak kenal? Siapa yang tak gunakan? Dari kalangan bocah ingusan sampai kakek uzur bau tanah sudah bersentuhan dengan yang satu ini. Kalau diboikot, artinya tidak kita gunakan. Adakah alternatif, kalaupun ada, dari segi kalitas, samakah? Kalaupun ada, adakah yang kita punya, yang kita buat sendiri dari tangan-tangan anak-anak bangsa?

Sepertinya kita sibuk dengan urusan korupsi, demo, bencana alam dan kampanye politik sampai tak sempat membuat yang seperti itu.

Mungkin kita punya jenis sirup markisa dari malino, dodol dari garut, coto makassar, gado-gado dan sebagainya, namun apakah mampu memenuhi nafsu ingin modern, gengsi dan gaul anak muda sekarang? Adakah kita membuat minuman jenis ”cream soda” yang bisa menandingi Coca Cola. Dari segi rasa, kemasan dan kelas? Kalau sudah ada, maka bolehlah sekiranya memboikot minuman merek Coca cola dengan tantangan berupa mengubah citra dan selera masyarakat. Bukan kerjaan mudah khan?

Terkadang menggelitik, waktu diskusi lepas tentang perihal rencana pemboikotan ini, mungkin tanpa sadar kita menggunakan atau mengkonsumsi barang yang masuk dalam daftar boikot. Rapat membahas pemboikotan dalam ruangan sambil minum-minum Coca Cola, mengundang kawan rapat lewat sms (hapenya Nokia), abis itu draftnya diketik di komputer yang berlabel Intel Inside TITANIUM (Lho, barang-barang ini khan ada dalam daftar boikot).

Bagaimana kita memboikot jika kita tak bisa melepaskan diri dari apa yang ingin kita boikot? Kita berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Seperti dilematisnya ketika rokok diharamkan (tentang cukainya yang nilainya triliunan, tentang pekerja industri rokok yang terancam PHK yang jumlahnya lebih dari cukup), sedikit banyak hal yang sama akan berlaku semisal pemboikotan merek sejenis coca-cola berujung pada penutupan pabriknya di negara kita. PHK (karyawan pribumi dan nonpribumi) mengintai, pasti. Jadinya masalah sosial bertambah. Kecuali jika pemerintah siap untuk semua itu.

Mungkin. Mungkin ada cara lain selain memboikot. Maybe.

Read More......

10 Januari 2009

Mumpung musim PEMILUan

Mumpung musim Pemiluan, aku menawarkan sebuah Partai baru. Partai yang berbeda dengan partai lainnya. Partai yang hadir karena maraknya aksi tawuran mahasiswa dengan mahasiswa atau mahasiswa dengan polisi beberapa waktu lalu.

Bukan untuk mewadahi tawuran atau menjadi Partai penyelenggara tawuran. Aku menawarkan sebuah Partai yang akan memberikan solusi pada berbagai persoalan negeri. Khususnya yang berbau "rusuh". Tawuran misalnya, tak ada kata lain selain singkirkan perusuh. Hilangkan sampai bau-baunya. Pastinya perusuh disini adalah para mahasiswa yang mengusung idealismenya. Para buruh yang PHK atau tak kebagian pesangon.

Demonstrasi adalah cikal bakal kerusuhan. Tak ada demonstrasi, tak ada kerusuhan. Tak ada kemacetan jalan, tak ada bakar-bakar ban. Tak ada belas kasihan. Dengan senapan, bedil, pelor dan pentungan, semua pasti beres.

Tapi, masalahnya sekarang adalah partai ini tidak sempat didaftarkan pada KPU. Soalnya aku tidak sepulau dengan Kantor KPU.

Oh ya, lambang partainya seperti ini nih :


Lagi butuh kader, bukan yang pintar atau cerdas atau intelek tapi yang lengannya kuat biar bisa tarik pelatuk dan angkat pentungan, yang kakinya kuat biar bisa nendang perusuh. Mau ??? Mau ??? Mau ???


CULIK PERUSUH ....... NGERI NGGAK !!!
HABISI PERUSUH ....... NGERI NGGAK !!!
..................................... NGERI NGGAK !!!

(Tribute to my friends thanks idenya)

Read More......

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP