02 Agustus 2008

Sukses secara Kejiwaan (versiku)

Ini adalah opini yang tidak sengaja kutulis waktu lagi ngopi bareng teman. Percakapan ngalor ngidul. Dengan segelas kopi panas dan beberapa batang rokok. Awalnya sih obrolan seputar kuliah yang belom kelar-kelar, mahasiswi yang kian tahun kian pintar mode sampai akhirnya obrolan sampai pada hal yang sensitive. Hal-hal yang berbau kejiwaan.

Mau tau, simak tulisan berikut ini

Wisuda, bagi mahasiswa adalah masa yang paling ditunggu. Hari dimana kedaulatan kita diakui. Suatu saat dimana kita akan diakui dihadapan banyak orang sebagai orang. Untuk mencapainya, tak semudah membalik telapak tangan. Jalannya berkelok, nanjak, berbatu. Berlikunya jalan menuju kesana adalah suatu tantangan tersendiri. Terkadang ada yang menyediakan jalan pintas, mulus tanpa rintangan (ada juga sih tapi intensitasnya dapat diabaikan) meskipun dengan konsekuensi kocek digali lebih dalam. Lebih gila lagi terkadang kehormatan yang digali lebih dalam. Amat dalam. Ada lagi jalan mesti nanjak, turun, berbatu sampai ada yang tidak bisa mencapainya.

Pada umumnya, disemua tempat di Negara ini, kuliah strata satu idealnya adalah 4 tahun. Bisa lebih cepat, bisa sedikit lebih lambat. Lebih cepat satu semester misalnya atau sedikit lebih lambat 3 tahun misalnya. Predikat “excellent” dengan sendirinya melekat atau dilekatkan orang yang punya wewenang untuk itu pada mereka yang mampu menyelesaikan studinya kurang dari atau tepat 4 tahun. Lantas mereka yang lebih lambat, tergantung kadar keterlambatannya, dapat apa ya …???
Hubungan selesai studi dengan kejiwaan ????


Menurut teman saya (bukan pakar apa-apa, hanya mahasiswa yang datang telat, pulang juga telat), mereka yang kuliah lebih dari 4 tahun pada dasarnya adalah orang yang sukses secara kejiwaan. Sedangkan mereka yang kuliah kurang dari atau tepat 4 tahun kurang lebih kurang sukses secara kejiwaan. Coba bayangkan, bagaimana kalo mereka yang “excellent” sampai harus ditahan lebih lama dari 4 tahun karena sesuatu misalnya, pasti tidak bisa “survive” kayak kita-kita yang udah lebih dari 4 tahun (malah hampir “expired”). Mereka bisa-bisa stress. Kerja keras untuk ngejar “excellent” tapi gagal. Kita juga udah kerja keras bro, ngejar “excellent”, tapi gagal. Tapi kita masih bisa senyum kayak sekarang. Masih bisa ngopi bareng. Artinya kita sukses secara kejiwaan, meskipun bagi sebahagian orang, kita gagal akademik. Gitu pren.

Kurang lebih demikian apologi dari teman saya. Apologi karena sudah gagal ngejar “excellent”. Apologi karena sudah hampir “expired”. Tapi aku sepakat dengannya. Bukan lantaran karena “expired”nya, bukan juga lantaran dia itu prenku, kesamaan nasib, tapi lebih pada realita yang sering kudapatkan.

Seringkali aku berjumpa dengan rekan sejawat yang sudah “duluan”, atau orang yang diatasku, yang lebih dulu melepas status mahasiswanya, beragam komentar sering terlontar dari bibirnya. “ternyata jadi mahasiswa itu lebih enak dari pada nganggur” atau “selesaikan jatahmu 7 tahun itu ketimbang menambah panjang daftar pengangguran” atau “tidak usah selesai cepat, nanti orang tuamu tersinggung”. Ada juga yang mengungkapkan bagaimana sedikit keberhasilan mereka dan cuma sedikit yang mau mengungkapkan bahwa mereka telah sukses.

Kenapa banyak diantara mereka yang mengeluh. Mengeluhkan bagaimana susahnya persaingan untuk memperebutkan sebuah kursi di ruang guru, atau sebuah kursi di bagian administrasi kantor. Bagaimana bersaing diantara 500 orang guna menggantikan satu orang yang sudah pensiun. Dan keluhan mereka meyakinkan saya bahwa mereka sebenarnya tidak siap. Secara kejiwaan, mereka tidak siap. Aku makin sepakat dengan kata temanku.

Yang ini mesti dicatat. Lebih dari itu semua, saya tidak memaksa siapapun untuk sepakat denganku dan temanku. Penilaian itu semua lebih pada bagaimana kita memandang dan bagaimana memposisikan masalah agar minimal beban kita berkurang. Kejiwaan kita dapat terkontrol. Anda sepakat atau tidak, tergantung bagaimanalah anda memandangnya.

Obrolan berakhir ketika gelas kopi telah lama mengering. Hanya sisa coklat yang menempel di bibir gelas. Good Luck.

0 comments:

Posting Komentar

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP