21 September 2009

Selamat Idul Fitri 1430 H

Selamat Idul Fitri 1430 H

Setelah berbulan-bulan lamanya aku tidak berblog ria dikarenakan banyak alasan yang tidak penting, akhirnya aku mulai lagi. Terasa aneh ketika memulainya, seperti pertama kali ngeblog.

Sudah terlalu banyak peristiwa yang sudah aku lalui dan tidak sempat aku ceritakan di sini. Entah sudah berapa banyak ide yang terpaksa mengendap dan berkarat lantaran alasan-alasan tak penting itu. Aku mulai lagi.

Dalam momen Fitri ini, dengan segala kejernihan yang hati yang pernah aku miliki, aku meminta maaf pada blogku yang pernah aku campakkan, buat teman-temanku yang selalu mendukung aku dan buat senior-senoirku. Dan buat rekan-rekan blogger yang saban hari berkunjung, mampir ke blog ini dan mendapatkan hal yang itu-itu saja.

MAAF LAHIR BATHIN ...

Read More......

22 Juni 2009

Berebut Simpati Lewat Iklan

Pemilu presiden bentar lagi sob. Hitung-hitung nggak akan terasa, eh tiba-tiba besoknya dah mau nyontreng. Siap siap aja, ini kali kedua lho, masyarakat langsung memilih presiden yang paling favorit dimata mereka untuk selanjutnya menjadi imam di republik ini. Membawa 200 juta lebih beberapa juta penduduk Indonesia kearah yang lebih baik.

Sekarang lagi masa-masanya kampanye. Promosi dalam bahasa marketing, mungkin. Para capres dengan pasangannya berusaha memikat masyarakat dengan janji-janji perubahan (mudah-mudahan ditepati biar gak jadi bualan nantinya). Macam-macam deh pokoknya, perbaikan ekonomilah, perbaikan keamanan, birokrasi, hukum dan sebagainya. Dengan caranya masing-masing, semenarik dan sebagus mungkin.

Kalau rajin nonton TV, acara debat kandidat atau bincang-bincang dengan kandidat yang ramai diselenggarakan oleh beberapa stasiun TV pada dasarnya juga adalah kampanye (cuma agak transparan gitu) disamping iklan-iklan pasangan capres yang bersaing dengan iklan komersial lainnya. Semuanya bercerita, dibumbuin gambar gerak sedikit biar enak didengar dan dipandang. Biar masyarakat simpatik gitu dan memilihnya nanti.

Bermunculanlah di TV iklan-iklan kebaikan ketiga pasangan calon. Calon urut 1 dengan rencana pertumbuhan ekonomi yang menembus angka 2 digit, kesejahteraan bagi kaum petani dan nelayan dan sebagainya-sebagainya. Calon urut 2 dengan pemberantasan KKNnya, siap-siap melanjutkan pembangunan yang telah dimulai 5 tahun lalu dan sebagainya-sebagainya. Calon urut 3 dengan lebih cepat lebih baiknya (maaf ya bapak-bapak dan ibu kalau salah tulis, tapi mudah-mudahan gak).

Tidak lupa pula kebaikan masa lalu para calon dibeberkan (pastinya dengan harapan agar masyarakat lebih melek kepada para calon). Maka tidak mengherankan bila kemudian para calon berebut klaim atas apa yang telah terjadi, yang baik-baik tentunya. Pemberantasan KKN diklaim, solusi atas konflik di berbagai di daerah di klaim, swasembada pangan diklaim, BLT diklaim juga lho, udah gitu pembubaran salah dua dari banyak lembaga kredit internasional juga diklaim, pembangunan diklaim. Seakan-akan dialah tersangka utama, sorry, pelaku utama.

Tapi koq, kebaikan diungkit-ungkit. Kenapa ya? Apa gak takut ….? Trus kenapa pula tidak ada yang mengklaim atas keburukan, musibah dan semua yang jelek-jelek atas negeri ini? Barang jelek, mang ada yang mau ngakuin?

Rapharap aja, PEMILU nanti berjalan aman, damai, tertib, tidak ada kecurangan, sukses dan yang pasti ketiga kandidat menumbuhkan jiwa KSATRIA. Mau menerima kekalahan dan mengakui keunggulan lawan yang menjadi pemenang.

Read More......

04 Juni 2009

Alnect Blog Contest

Alnect computer Blog Contest



Iseng-iseng saat lagi buka blog, dapat pesan di chatbox dari seorang kawan. Isinya tentang promo komputer.


Alnect computer, perusahaan yang berkecimpung dalam dunia computer, lagi ngadain promo. Produknya banyak jenis. Mulai dari Laptop, Gadget, Mp3, Harddisk sampai Mouse. Singkatnya Komputer sekeluarga. Jangan salah, jenis kamera ada juga lho.

Soal harga, dijamin miring. Notebook Advan dilepas Rp. 3.559.000,-. Miring khan. Boleh cek di sini.

Atau klik gambar laptop di bawah

">Alnect


Kabar baiknya untuk rekan blogger, Alnect Computer lagi ngadain contest. Namanya Alnect Blog Contest. Jadi, buat rekan-rekan blogger yang berminat boleh daftar. Sekedar bocoran, hadiahnya menarik, mulai dari flash disk, kamera digital sampai Notebook. Miring abis khan.

Kalau pun tidak punya blog, bikin dah, trus ikutan. Atau bisa intip isi etalase Alnect di sini, sapa tau ada barang yang berjodoh disana.



BURUAN ....... Ntar kehabisan tiket lho

Read More......

29 Mei 2009

Facebook, yes ke no

Beberapa hari belakangan ini aku selalu sibuk menghapus konfirmasi yang masuk ke email aku, membebani memori saja. Gak tanggung-tanggung, sampe 30an sehari yang asalnya dari satu sumber yang sama. Facebook.


Memang merepotkan, maklum aku baru di Facebook. Baru 2 bulan dan ku pikir aktivitas membuka dan membaca email dari Facebook kemudian menghapusnya benar-benar membosankan.

Mulailah aku mengutak-atik fitur didalamnya dan kebingungan. Kalau toh nanti aku bingung keterusan, aku back, back and back saja.


Seperti ini langkahku

  1. Aku masuk di Setting trus account setting. Gambarnya kayak di bawah ini



  2. Lanjut ke notification.



  3. Udah gitu, semua yesnya aku ubah ke no.

  4. Abis itu cek email besoknya.

Dan besoknya, aku tak lagi menerima email dari facebook. Paling tidak hilang satu sesuatu yang mengganggu. Dan untuk no yang lain, belakanganlah baru dibereskan setelah muncul efek yang kira-kira mengganggu..

Read More......

28 Mei 2009

Wisata Bakau

Lama tak posting, akhirnya aku datang lagi mau bagi-bagi hadiah buat rekan-rekan blogger. Postingan ini seharusnya ingin aku postkan pekan lalu, tapi berhubung lagi sibuk jadinya baru sekarang sempat.

Bukan apa-apa. Hanya dokumentasi hasil penelitian lapangan, lebih tepatnya "lampiran". Setengahnya tugas, setengahnya piknik.


Piknik di rimbunan pohon bakau yang menghijau. Udah gitu dibelai sama angin pantai yang lembut sangat. Dari sini, waktu seakan berlari. Dalam 3 helaan nafas saja, aku tersadar kalau waktu sudah bergeser 30 menit. Seperti ini nih gambarnya:


Jalur ini menghubungkan dunia dalam dengan dunia luar. Susunan balok kayu yang kokoh di tengah rimbunan bakau yang menghijau. Mantap Euyyyyy


Sorry, ini adalah foto kakiku. Sebagai kenang-kenanganku bahwa aku pernah di titian bakau pakai sepatu coklat dengan jeans biru.


Ohya, sekedar informasi, lokasi ini ada di Kab. Sinjai tepatnya Sinjai Timur. Jika ada yang mau berkunjung, aku siap jadi guide. Gratis untuk rekan blogger, berbayar untuk turis manca.


Read More......

30 April 2009

Monyet Jatuh?

Monyet dan sejenisnya, yang hidup di pohon, menjadikan ranting dan dahan pohon sebagai jalur transportasi utama. Dengan ranting pohon, monyet berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya sekedar untuk memenuhi hajat hidup. Apakah dengan melompat dari pohon ke pohon ataukah dengan berayun dari ranting pohon satu ke ranting pohon lainnya.




Tapi pernahkah kita berpikir bahwa monyet tidak pernah jatuh ketika melompat dari pohon ke pohon atau berayun dari dahan ke dahan. Penyebabnya ternyata adalah mereka tidak pernah berpikiran untuk jatuh. Pikiran ini tidak ada dalam kepala mereka. Monyet tidak pernah memikirkan untuk “jatuh” dan merasa tidak perlu untuk memikirkannya. sebab memang tidak diberi kuasa untuk itu.

Tetapi apa salahnya mengambil hikmah dari sana, dan jika ada monyet yang jatuh saat “lagi berpindah”, seperti pada manusia yang jatuh saat lagi duduk di kursi malas, anggap saja itu adalah musibah.

Intinya, aku hanya mau bilang begini, pikiranlah yang mengendalikan diri kita. Seringkali kita berpikiran akan "jatuh" saat "berpindah tempat", akhirnya tidak kemana-mana. Tidak bikin apa-apa. So ... tidak usah terlalu takut untuk "jatuh", anggap "musibah" dan pada umumnya "jatuh" akan membuat kita jadi lebih kuat.
Foto diambil dari www.foto.detik.com


Read More......

02 April 2009

Tetanggaku tentang Tawuran Pelajar

Tetanggaku, seorang pensiunan kepala sekolah, ngamuk-ngamuk. Bukan lantaran rumahnya kemalingan atau istrinya selingkuh. Sebabnya, melihat siaran di TV anak-anak SMA, perempuan lagi, yang saling baku hantam sesamanya perempuan.

Dulu, ketika ia masih menjabat, sering ia dapati tawuran pelajar, tapi laki-laki. Bukannya maklum sebab yang tawuran anak laki-laki, ia meradang juga. Dijewernya telinga siswanya yang terlibat tawuran, dipanggilnya orang tua siswanya. Kemudian dibuatkan kesepakatan, kurang lebih, sekali lagi terlibat tawuran dikeluarkan dari sekolah. Saat lagi menikmati masa tuanya, didapatinya hal yang sangat diluarkebiasaan. Siswa perempuan baku hantam. Hebat benar mereka.

Dalam ngamuknya, ia merapal “mantra macam-macam”. “Perempuan tidak beres, bisa-bisanya berkelahi”. Atau “Perempuan macam apa itu, kelakuan kayak preman”. Atau “Mo jadi apa kamu semua? Bukannya belajar baik-baik, berdandan cantik-cantik, eeeh malah jambak-jambakan rambut”. Atau “Kalau aku kepala sekolahmu, kamu sudah aku keluarkan dari sekolah, malu-maluin saja”. Atau lagi “Mau jadi apa bangsa ini kalo perempuannya kayak kamu semua, mo ngelahirin bandit”?

Oh ya, ketika “merapal mantra” telapak tanganya tidak saling menempel di dada, melainkan nangkring di pinggang. Sederhananya, berkacak pinggang.

Tetangga ini sepertinya paham betul bahwa tegaknya suatu bangsa bergantung pada perempuannya. Kalau perempuannya beres, bangsa akan besar. Kalau perempuannya tidak beres, bangsa juga akan tidak beres.

Tetanggaku ini hanya satu dari sekian banyak orang yang prihatin lantaran maraknya aksi perkelahian siswa cewek. Tapi jujur saja, dia juga bingung, koq eksposenya hampir bersamaan? Kejadian demi kejadian siswa cewek yang berkelahi di suatu tempat dengan tempat lainnya berada dalam rentang waktu yang berdekatan.

Tiba-tiba dia berujar “jangan-jangan ada yang mengatur skenario ini, pasti ada? Pasti ada sesuatunya? Yang pasti, bukan aku tetangga dan jangan menuduhku.


Read More......

20 Februari 2009

Polisi Bocah-Bocah

Entah kenapa belakangan ini, pemberitaan tentang Korps Baju Coklat lagi marak-maraknya. Setelah beberapa waktu lalu, mereka marak dikaitkan dengan anarkisme mahasiswa, pemberitaan heboh muncul seputar anarkisme antar mereka sendiri.

Rekaman video “perpeloncoan” yang dilakukan “polisi senior” kepada “juniornya” yang dilakukan di halaman sebuah asrama yang ditengarai aspol (meskipun kemudian disanggah bahwa itu hanyalah rekayasa) menunjukkan bahwa institusi ini juga menyimpan anarkisme tersembunyi. Junior ditinju, ditampar, ditendang.

Yang lebih menggelikan, bocah sungguhanpun pasti tahu bahwa itu menggelikan, perpeloncoan atau tepatnya penganiyaan dilakukan di sebuah kamar oleh polisi senior juga kepada juniornya. Kedoknya adalah “acara perpisahan dalam rangka pindah tugas”. Sungguh menggelikan. Acara perpisahan ditandai dengan tamparan di muka berkali-kali diakhiri dengan tinju di dada. Junior berkali-kali terjatuh, menjerit tertahan kesakitan, namun dipaksa berdiri lagi. Dari rekaman video yang aku dengar tayangannya di TV ada yang berucap “awas, jangan melapor”. Lho?

Kadiv Humas Polri dalam wawancaranya di TV berkilah bahwa “itu sebuah rekayasa” dan “itu hanya acara perpisahan” menunjukkan sebuah kepengecutan yang luar biasa. Berat untuk mengakui bahwa dalam Korps Baju Coklat, anarkisme itu juga ada.

Lantas kenapa judulnya Polisi Bocah-Bocah?

Istilah ini aku dapatkan dari Kakak aku. Sebab ada kenalan yang mendaftar polisi, sudah bayar sekian juta walau akhirnya “jatuh” juga. Kabarnya jatuh pada tes terakhir yang aku dengar mereka bilang “pantohir”, entah tes macam apa aku tidak tahu. Kakak aku bilang mungkin bekingnya hanya “Polisi Bocah-Bocah”. Kurang punya pengaruh gitu, mungkin pangkatnya sedikit lebih rendah.

Hah, Polisi Bocah-Bocah. Saat sekarang, dengan pemahamanku, kata-kata itu aku maknakan lebih luas. Banyak lulusan SMA yang terobsesi dengan Korps Baju Coklat. Karena obsesinya, keluarga mendukung dengan dana cukup, “orang dalam” memberi jalan. Sudah rahasia umum bahwa untuk bisa “bergabung” dalam institusi ini, suap-menyuap adalah perkara biasa. Siapa kuat uangnya, siapa paling berpangkat bekingnya dijamin lulus. Dan pada akhirnya kebanyakan dari mereka yang lulus adalah orang-orang yang kuat dari segi financial dan segi koneksitas. Mental mereka belakangan.

Mereka-merekalah yang kebanyakan “berulah”. Bocah-Bocah lulusan SMA yang kurang sadar akan sebuah tanggung jawab. Bahwa mereka adalah pengayom masyarakat, pelindung masyarakat, penegak hukum dan teladan bagi masyarakat. Alih-alih bertanggung jawab, mereka justru mempertontonkan angkuhnya mereka pada masyarakat.
Contohnya, dalam beberapa kejadian yang lalu, selain dua kasus di atas, bagaimana mereka mengamankan demonstrasi mahasiswa. Demonstran dipukuli dengan pentungan, diinjak-injak, dikejar masuk kampus akhirnya kampus juga jadi korban. Dilempari, dipecahkan kacanya. Motor mahasiswa yang tidak ketangkap mahasiswanya “dicederai”. Pecah perang batu antara polisi mahasiswa.

Mereka itulah yang kemudian aku bahasakan Polisi Bocah-Bocah. Dari segi fisik, mereka adalah Polisi. Rambut cepak, jalan tegap. Dari segi mental, tak lebih dari Bocah-Bocah. Bocah-Bocah berambut cepak dan berjalan tegap.

Ck…ck…ck…ck…ck…ck…ck…ck…

Pernah juga sih aku menemukan polisi yang sungguhan, bukan yang bocah. Banyak juga malah. Polisi yang menyadari bahwa di pundaknya ada tanggung jawab yang besar. Menjadikan dirinya teladan masyarakat. Mereka, mungkin, yang paling bersemangat saat tes sebab tidak nyogok dan tidak punya beking. Mereka, mungkin, yang paling berdarah-darah saat pendidikan sebab bukan siapa-siapanya siapa. Mereka jadi polisi sebab “ingin mengisi hari-harinya dengan pengabdian”.

Tapi kenapa citra mereka dirusak oleh “Polisi Bocah-Bocah”? Sebuah PR yang lumayan berat.


Read More......

06 Februari 2009

Disconnected ...

Seorang senior bertanya kepadaku “2 buah bohlam mempunyai daya masing-masing 5 watt dan 100 watt. Bohlam 5 watt menyala terus selama 10 menit (dengan isyarat berupa jari-jari tangan kanan yang membuka terus), sedangkan bohlam 100 watt mati padam berulang-ulang juga selama 10 menit (dengan isyarat jari-jari tangan kiri terbuka dan tertutup). Kemudian pertanyaannya, bohlam manakah yang paling banyak menggunakan energy listrik?

Kasus ini aku jumpai ketika aku baru saja menjadi seorang mahasiswa. Dengan akal dangkalku, aku menjawab bohlam 100 watt menggunakan energy listrik paling banyak. Secara, dalam fisika, energy listrik dihitung dari daya listrik dikalikan dengan lama waktu yang digunakan. “Mati padam berulang-ulang” dalam waktu 10 menit. Artinya, setelah dikalkulasi dengan mengabaikan berapa kali ia “mati” dan berapa kali ia “padam”, masing-masingnya memakan waktu selama 5 menit. Abis itu kalikan 5 menit (tentu saja setelah dikonversi ke detik) dengan daya lampu 100 watt. Pasti dapat hasilnya. Trus, nyalanya kapan? Berapa lama?

Tentu saja jawabanku salah. Aku terlalu focus pada isyarat tangan yang membuka dan menutup seakan berarti menyala dan padam berulang-ulang, sementara konteksnya mati padam berulang-ulang. Coba, dimana letak bedanya antara mati dan padam?

Kasus kedua

Aku punya seorang teman, namanya Cia. Pernah suatu ketika aku ke pondokannya. Saat lagi duduk cerita, aku menoleh padanya. Aku memegang dagu sambil berkata

“kenapa jidatmu?”

Spontan dia ikut memegang dagunya lalu bertanya balik

“kenapa?”

Aku diam saja, seperti yang aku inginkan. Beberapa saat kemudian dia baru tersadar, tertawa. Sadar kalau jidatnya pindah ke dagu, bukanlah. Sadar kalau yang aku tanyakan sebelumnya adalah jidat bukan dagu. Sementara aku memegang dagu, dia ikut-ikut memegang dagu.

Matanya melihat aku memegang dagu, telinganya mendengar aku bertanya tentang jidat. Tangannya mengikuti petunjuk mata, otaknya menerima sinyal dari telinga, mengaminkan kalo yang dipegang tangan sudah benar adalah jidat. Lho?

Kasus lain

Aku memberi tes pada mahasiswa baru yang datang melapor (seperti aku dulu, dengan kasus bohlam). Kemudian aku menggambar sebuah garis lurus dengan arah Utara diujung satunya dan Selatan diujung lain. Setelah itu aku bertanya, sebuah kereta listrik bergerak dari utara ke selatan dengan kecepatan 80 km/jam. Kereta itu memuat penumpang sebanyak 120 orang. Setelah berjalan selama 1 jam, tiba-tiba angin kencang bertiup ke arah yang sama dengan arah kereta. Kecepatan angin 90 km/jam. Pertanyannya, kearah manakah asap kereta tersebut? (soal seperti ini aku dapatkan ketika masih SMA)

Rata-rata mereka menjawab bahwa asap kereta bertiup ke arah Selatan dengan kecepatan 10 km/jam (dari 90 km/jam – 80 km/jam). Padahal kan salah. Mereka menjawab persis seperti aku menjawab pertanyaan bohlam dari seniorku ketika aku yang masih maba.

Lagi-lagi kecolongan. Mata menginformasikan kalau kereta dan angin bergerak ke arah yang sama. Dari gambar, mata cukup sukses mengaburkan otak tentang pendengaran telinga bahwa kereta ini adalah kereta listrik, bukan kereta api. Telinga cukup puas menangkap 80 km/jam kecepatan kereta dan 90 km/jam kecepatan angin. Otak langsung tanggap bahwa “asap” kereta ke arah selatan.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.
Beberapa kejadian seperti ini kelihatannya sepele namun cukup untuk menghibur diri, cukup menggelitik, dan aku berkesimpulan sendiri bahwa:

Seringkali terjadi miskomunikasi antara indra pelihat, indra pendengar, otak dan alat gerak. Mungkin inilah yang orang pintar sebut sebagai gerak reflex.

Pada umumnya orang pertama kali percaya pada apa yang dia lihat, kemudian apa yang dia dengar, selanjutnya apa yang dia pikirkan.

Pertanyaan selanjutnya, misalnya kamu punya nenek yang umurnya sudah 80 tahun. Badannya sudah tidak bisa tegap lagi, sudah bungkuk sangat, kalau berjalan pakai tongkat dengan satu tangan memegang punggung, kacamatanya sudah setebal pantat botol. Coba bayangkan bagaimana caranya nenek kamu itu tidur?

Read More......

13 Januari 2009

D I L E M A T I S

BOYCOTT ISRAEL CAMPAIGN
(Products and Affiliated Companies)

Sore tadi, saat lagi jalan-jalan sore, sempat aku melihat selebaran yang di tempel pada tiang listrik. Awalnya tidak kedulikan, tapi kemudian aku tertarik, perhatikan selanjutnya aku ambil selembar. Kubaca dan kuperhatikan, jadilah apa yang aku tuliskan berikut ini ...

Selebarannya berupa kertas putih ukuran legal, fotocopian. Ada sekitar 52 merek logo dari berbagai trade mark ternama. Mulai dari produk untuk bayi sampai produk orang tua. Dari produk yang berhubungan dengan kotoran sampai yang berhubungan dengan orang banyak.

Dari 52 merek, beberapa diantaranya sudah akrab dengan generasi sekarang. Bahkan terkadang dijadikan ukuran modernitas seseorang. Saban pagi sampai malam terus nampang di kotak kaca bernama TELEVISI. Orang yang menempelnya punya satu pesan yang ingin disampaikan yaitu BOIKOT. Boikot semua produk-produk yang ada hubungannya dengan Zionis.

BOIKOT BOIKOT BOIKOT

Masalahnya sekarang adalah sejauh mana boikot kita terhadap produk ini? Atau sejauh mana efektifitas boikot campaign ini? Apakah sekedar tidak membeli bahan-bahan ini sedari sekarang atau tidak menggunakan barang-barang ini dari sekarang? Tidak mengkonsumsi barang-barang itu?

Jika betul, what we have done?


Salah satu alasan kenapa barang-barang jenis ini banyak beredar dan dikonsumsi oleh generasi kita adalah karena selera konsumerisme kita yang keterlaluan dan olehnya itu kita dikenal sebagai pangsa pasar yang baik. Setelah dipermanis dengan aroma western yang membawa kesan modern. Jadinya anak muda lebih akrab dengan Mc. D yang menyajikan segenggan nasi putih plus sepotong ayam garing dan segelas Coca Cola dibanding warung pojok yang menyajikan Gado-gado yang punya nasi, sayuran, tempe dan telor. Anak muda lebih senang minuman berkarbonasi hitam atau merah dibanding Sirup Markisa atau Jus Jeruk. Biar gaul, biar modern katanya.

Alasan lain tentunya adalah karena kita tak punya pilihan. Kalaupun ada maka pilihannya terbatas. Salah satu contoh merek dagang yang ada dalam brosur adalah NOKIA. Siapa yang tak kenal? Siapa yang tak gunakan? Dari kalangan bocah ingusan sampai kakek uzur bau tanah sudah bersentuhan dengan yang satu ini. Kalau diboikot, artinya tidak kita gunakan. Adakah alternatif, kalaupun ada, dari segi kalitas, samakah? Kalaupun ada, adakah yang kita punya, yang kita buat sendiri dari tangan-tangan anak-anak bangsa?

Sepertinya kita sibuk dengan urusan korupsi, demo, bencana alam dan kampanye politik sampai tak sempat membuat yang seperti itu.

Mungkin kita punya jenis sirup markisa dari malino, dodol dari garut, coto makassar, gado-gado dan sebagainya, namun apakah mampu memenuhi nafsu ingin modern, gengsi dan gaul anak muda sekarang? Adakah kita membuat minuman jenis ”cream soda” yang bisa menandingi Coca Cola. Dari segi rasa, kemasan dan kelas? Kalau sudah ada, maka bolehlah sekiranya memboikot minuman merek Coca cola dengan tantangan berupa mengubah citra dan selera masyarakat. Bukan kerjaan mudah khan?

Terkadang menggelitik, waktu diskusi lepas tentang perihal rencana pemboikotan ini, mungkin tanpa sadar kita menggunakan atau mengkonsumsi barang yang masuk dalam daftar boikot. Rapat membahas pemboikotan dalam ruangan sambil minum-minum Coca Cola, mengundang kawan rapat lewat sms (hapenya Nokia), abis itu draftnya diketik di komputer yang berlabel Intel Inside TITANIUM (Lho, barang-barang ini khan ada dalam daftar boikot).

Bagaimana kita memboikot jika kita tak bisa melepaskan diri dari apa yang ingin kita boikot? Kita berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Seperti dilematisnya ketika rokok diharamkan (tentang cukainya yang nilainya triliunan, tentang pekerja industri rokok yang terancam PHK yang jumlahnya lebih dari cukup), sedikit banyak hal yang sama akan berlaku semisal pemboikotan merek sejenis coca-cola berujung pada penutupan pabriknya di negara kita. PHK (karyawan pribumi dan nonpribumi) mengintai, pasti. Jadinya masalah sosial bertambah. Kecuali jika pemerintah siap untuk semua itu.

Mungkin. Mungkin ada cara lain selain memboikot. Maybe.

Read More......

10 Januari 2009

Mumpung musim PEMILUan

Mumpung musim Pemiluan, aku menawarkan sebuah Partai baru. Partai yang berbeda dengan partai lainnya. Partai yang hadir karena maraknya aksi tawuran mahasiswa dengan mahasiswa atau mahasiswa dengan polisi beberapa waktu lalu.

Bukan untuk mewadahi tawuran atau menjadi Partai penyelenggara tawuran. Aku menawarkan sebuah Partai yang akan memberikan solusi pada berbagai persoalan negeri. Khususnya yang berbau "rusuh". Tawuran misalnya, tak ada kata lain selain singkirkan perusuh. Hilangkan sampai bau-baunya. Pastinya perusuh disini adalah para mahasiswa yang mengusung idealismenya. Para buruh yang PHK atau tak kebagian pesangon.

Demonstrasi adalah cikal bakal kerusuhan. Tak ada demonstrasi, tak ada kerusuhan. Tak ada kemacetan jalan, tak ada bakar-bakar ban. Tak ada belas kasihan. Dengan senapan, bedil, pelor dan pentungan, semua pasti beres.

Tapi, masalahnya sekarang adalah partai ini tidak sempat didaftarkan pada KPU. Soalnya aku tidak sepulau dengan Kantor KPU.

Oh ya, lambang partainya seperti ini nih :


Lagi butuh kader, bukan yang pintar atau cerdas atau intelek tapi yang lengannya kuat biar bisa tarik pelatuk dan angkat pentungan, yang kakinya kuat biar bisa nendang perusuh. Mau ??? Mau ??? Mau ???


CULIK PERUSUH ....... NGERI NGGAK !!!
HABISI PERUSUH ....... NGERI NGGAK !!!
..................................... NGERI NGGAK !!!

(Tribute to my friends thanks idenya)

Read More......

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP